Permen Lollipop
Permen Lollipop
Ketika ditanya pengalaman apa yang berkesan selama KKN, mungkin jawabannya akan ada banyak sekali. Salah satunya adalah cerita permen lollipop. Ada apa ya dibalik permen lollipop?
Jadi, di suatu sore setelah mengajar bimbel di salah satu masjid di dusun Jatikurung ada seorang anak perempuan yang menghampiri ku. Sebelum itu, proker bimbel ini memang dilakukan di masjid yang mana merupakan tempat berkumpulnya anak-anak selain untuk TPA. Juga masjid besar ini memiliki aula yang biasanya digunakan untuk pengajian rutin. Oleh karena itu, aku dan teman-teman memutuskan untuk mengadakan bimbel di masjid tersebut.
Kembali ke cerita permen lollipop.
Setelah aku dan salah satu teman KKN ku hendak pulang mengendarai sepeda motor, kami dicegat oleh seorang anak perempuan yang kemudian disusul oleh temannya. Anak perempuan itu bernama Syifa. Aku memanggilnya dek Syifa. Yang kebetulan dari pertama aku mengajar bimbel dan berada di masjid itu, aku dan dek Syifa sering kali bertemu dan berbincang. Sayang, aku tak sempat menanyakan siapa nama temannya.
Setelah kejadian menghadang sepeda motor yang akan aku kendarai untuk pulang, dek Syifa menyodorkan sebuah permen lollipop. Dengan senang hati aku menerimanya. Kemudian disusul dengan temannya yang memberiku permen lollipop juga, dan aku pun menerimanya. Terlihat jelas mereka agak sedikit malu-malu tapi begitu bahagia karena apa yang mereka beri ternyata aku terima dengan begitu bahagia pula.
Meski tak sempat aku tanyakan kenapa tiba-tiba memberi permen lollipop itu, tapi aku yakin itu adalah bentuk dari rasa kasih mereka terhadap kami (kakak-kakak yang sedang KKN). Lebih dari itu, aku yakin mereka sangat bahagia bisa didengar, ditemani bermain dan mendapatkan hal-hal baru. Pun bagi kami, banyak pelajaran yang dapat diambil. Entah itu tentang rasa sabar, rasa syukur, rasa kasih, dan rasa-rasanya yang lainnya.
Meski hanya sebuah permen lollipop, tapi dari sana aku belajar apa arti ketulusan. Bagaimana menilai bentuk rasa kasih tidak dari apa yang diberi tapi dari apa yang sebenarnya ingin mereka beri. Yaitu cinta.
Suatu saat jika dek Syifa dan temannya bisa melihat tulisan ini, aku berharap rasa kasih, cinta, dan syukur itu terus tersemai. Selamat untuk terus belajar, selamat untuk terus mengisi apa yang dirasa kosong. Karena, siapa yang berhenti belajar adalah pemilik masa lalu. Dan siapa yang terus belajar adalah pemilik masa depan.
With love,
Endang Tri Lestari.
Komentar
Posting Komentar